Posted by : Unknown
Selasa, 04 Februari 2014
Kembali terdengar tepuk tangan yang gemuruh. Orang-orang
yang berdiri berkeliling itu tak akan mau dikecewakan. Mereka
benar-benar ingin menyaksikan pertandingan yang pasti akan menyenangkan
sekali.
Orang-orang itupun kemudian diam kembali ketika Widura berkata pula
“Nah, aku sangka Sidanti ingin mengulangi permainan panah seperti yang
telah dilakukannya, bersama-sama Agung Sedayu”
“Ya kakang” sahut Sidanti.
Kini Widura memandangi wajah Agung Sedayu. Dilihatnya beberapa titik
keringat membasahi keningnya. Namun kali ini Widura sengaja ingin
memaksa Agung Sedayu agar berbuat sesuatu yang dapat mendorong dirinya
untuk lebih percaya kepada kemampuan diri. karena itu maka katanya
“Agung Sedayu, biarlah kau melakukannya. Tak ada persoalan apapun.
Permainan ini hanya sekedar kelanjutan dari keinginan orang-orang
Sangkal Putung mengenalmu. Sedangkan Sidanti ingin pula memperkenalkan
dirinya lebih banyak lagi. Bukankah dengan kawan bermain yang lebih
baik, akan lebih banyak permainan-permainan yang dapat dipertunjukkan?
Bukan hanya sekedar menyamai atau melampaui sedikit kemampuan-kemampuan
Hudaya atau Citra Gati”
Hudaya dan Citra Gati yang berdiri dibelakang Widurapun tersenyum
masam. Namun mereka tidak marah. Bahkan mereka menjadi bersenang hati,
bahwa Widura memberi kesempatan kepada kemenakannya untuk melakukan
pertandingan meskipun hanya memanah saja.
Kata-kata pamannya itu terasa sedikit dapat menyejukkan hati Agung
Sedayu. Bukankah dengan demikian, pamannya akan menjaminnya untuk
seterusnya, apabila ada akibat dari permainan ini? Seandainya ia
melampaui Sidanti, sedang Sidanti itu kemudian marah kepadanya, bukankah
itu menjadi tanggung jawab pamannya? karena itu, terdorong pula oleh
keadaan yang telah menyudutkannya, maka Agung Sedayu tidak dapat berbuat
lain. Dengan ragu-ragu ia menganggukkan kepalanya. Katanya lirih
“Baiklah paman. Kalau paman menghendaki”
Widura tersenyum. Baru kali ini sejak beberapa hari pamannya itu
tersenyum kepadanya. karena itu hati Agung Sedayu itupun menjadi
bertambah besar pula.
“Nah, baiklah kita berikan tempat kepada mereka berdua” berkata Widura.
Baca selengkapnya dengan versi e-Book Api di Bukit Menoreh Seri I Buku 5
Unduh dari:
Untuk membuka e-Book gunakan Aplikasi Mobi Reader, jika belum punya dapat anda peroleh di link berikut:
Download Mobi Reader untuk Destop (PC)
Download dari:
Related Posts :
- Back to Home »
- Api di Bukit Menoreh , Ebook »
- e-Book Api di Bukit Menoreh Seri I Buku 5